Ketundukan, di Balik Kesempurnaan yang Dimiliki Manusia

Oleh: Sisma Fitra, B.Sc. @fitrasisma (Alumni Angkatan ke-21, Fakultas Syariat dan Hukum)

Menjadi hal yang sudah diketahui Bersama, Allah Swt. menciptakan kita dengan sebaik-baik penciptaan. Segalanya yang kita miliki, dari hal yang Allah berikan kepada setiap kita. Tanpa kita pernah meminta sebelumnya, tapi Allah memberikan kesemuanya. Dan dengan bangga disebutkan dalam Al-Qur'an.

لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِىۡۤ اَحۡسَنِ تَقۡوِيۡمٍ
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tiin : 4)
 

Kita mempunyai kedua bola mata yang keduanya bisa memandang sesuatu tanpa batas, beraneka warna, beragam keindahan. Kita mempunyai kedua telinga, yang dengannya kita bisa mendengar sesuatu untuk menenangkan hati, mencerna suatu hal, merasakan keindahan melalui perantara yang berbeda (dari penglihatan). Kita diberi kedua tangan dan kaki, dari kedua hal tersebut (tangan dan kaki) kita bahkan bisa menciptakan sesuatu, yang kita imajinasikan, melangkah ke suatu tempat yang kita inginkan. Setiap dari kita mempunyai itu semua.

Dan di antara semuanya yang telah kami sebutkan, kita dianugerahi hati. Barangkali barometer dan segala bentuk kenikmatan berasal dari hati yang Allah beri. Cinta, senang, rindu, harapan dan lain sebagainya. Begitu indah dan sempurna Allah menciptakan kita.

Ada lagi, dan tidak hanya berhenti di situ. Allah menciptakan otak yang masing-masing kita miliki. Organ ini juga yang banyak menjadikan manusia berbangga, merengkuh hal yang ia dibayangkan, mentransformasi itu semua melalui otak super yang Allah berikan untuk setiap dari kita. Segala kemudahan, dan kenikmatan berasal dari otak ini. 

Ketika manusia mempunyai perasaan bangga, besar hati dengan begitu banyak anugerah yang Allah berikan, bahkan dengan kesemua itu seolah apapun yang menjadi keinginan manusia bisa mereka wujudkan, akan tetapi sejatinya tidak semua hal bisa kita rengkuh. Masih banyak keterbatasan yang kita punya, demikian untuk kita jadikan momen kalau kita masih harus ‘tunduk’.

Sayyid Muhammad bin Alawiy al-Maliky di dalam karanganya Qawaid Asasiyyah fii Ulumil Quran menjelaskan hikmah di balik diturunkanya Ayaat Mutasyabihaat (Ayat Al-Qur'an yang samar maknanya) adalah untuk menundukkan kebesaran hati kita atas pikiran yang Allah berikan kepada kita, karena pikiran kita ini masih terbatas dan tidak sanggup merengkuh semua hal, masih banyak hal yang belum kita mengerti dan yang tidak bisa kita mengerti.

Sayyid Muhammad bin Alawiy al-Malikiy melanjutkan, adanya ayat mutasyabihat adalah wujud daripada diujinya akal untuk mengambil keyakinan dengan sebenar-benar keyakinan. Sebagimana Allah menguji anggota badan kita yang lain, Allah juga menguji akal yang kita miliki.
Allah memberikan kedua bola mata, akan tetapi masih menyisakan beberapa jarak pandang untuk bisa memandang dengan jelas. Allah memberikan kaki dan tangan, tapi masih menyisakan kelemahan kita dalam menyentuh hal yang panas, dan kita tidak akan pernah sanggup. Sampai dari kesemua itu kita tunduk, mengakui kalau kita ini masih lemah dari Dzat yang Maha Kuasa atas segalanya.

يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Al-Baqarah : 269)

Di ayat yang lain, kita juga diajarkan berdoa setelah dituturkan tentang ayat mutasyabihat.

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS. Ali 'Imran : 8)

Semoga Allah menetapkan hati kita dalam keimanan, memantapkan ketakwaan dalam diri ini, dan mengakui bahwa di balik kesempurnaan ini, masih terbatas dan hanya Dzat yang Sempurna yang tidak ada batasnya.          

===============

Terus dukung dan ikuti perkembangan kami lewat akun media sosial Ahgaff Pos di;
Facebook: facebook.com/AhgaffPos
Instagram: instagram.com/ahgaffpos.official
Youtube: tiny.cc/YoutubeAhgaffPos
Website: www.amiahgaff.com
Medium: medium.com/@ahgaffpos95

Posting Komentar

0 Komentar