Juara Lomba Reportase Ziarah Musim Dingin ; Husaisah, Syibam dan Dau'an 2016-2017

Rihlah Hadramaut Ied Adha 2016

[Bagian 1] Ziarah Makam Nabi, Para Wali dan Ulama Terkemuka di Hadramaut*.
Hari Rabu dan Kamis kemarin (14-15/9), pelajar Indonesia mengisi liburan idul Adha 1437 H dengan tour rihlah ziarah Nabi, Wali dan para ulama provinsi Hadramaut. Rihlah dengan tiga bis yang dikomandoi oleh pengurus bidang dakwah Asosiasi Mahasiswa Indonesia (AMI) Al-Ahgaff ini dimulai dari kota Tarim sampai terakhir ke ujung kota Douan.

Destinasi awal tentunya masih di sekeliling kota Tarim yang terkenal dengan kota seribu wali. Kemudian dilanjutkan menuju distrik Masileh, tepatnya di makam Al-Habib Abdullah Husein bin Thahir, pengarang kitab Sullam At-Taufiq yang banyak dipelajari di pesantren-pesantren Nusantara. Pada zaman Habib Abdullah bin Thahir ini, ada tujuh ulama pakar fiqih yang semuanya bernama Abdullah, yang kemudian dikenal dengan istilah Al-Abadilah As-Sab'ah (tujuh Abdullah).

Destinasi selanjutnya ke distrik Taribeh, ziarah makam Imam Alawi bin Ubaidillah bin Imam Al-Muhajir. Beliau adalah pemuka Alawiyyin keturunan Rasulullah Saw. Kalau kita menjumpai nama ulama atau pengarang kitab dengan nama akhir BaAlawi, semisal pengarang kitab Nashaihud Diniyah, Bughyatul Mustarsyidin dsb, maka pengarangnya adalah seorang habib BaAlawi. Imam Alawi sendiri telah menurunkan jutaan habaib dari abad ke abad di seluruh dunia, termasuk walisongo di tanah Nusantara.

Lalu ke distrik Husaisah, makam Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir, seorang keturunan Rasulullah pertama yang berhijrah ke tanah Hadramaut. Di area makam Imam Al-Muhajir ini, ada satu lubang di dinding kubah maqbarah yang konon jika kita menyebut nama seseorang disitu maka dengan izin Allah orang tersebut akan terpanggil bisa menziarahi tanah Hadramaut Yaman. Insya Allah.

Tidak jauh dari distrik Husaisah, kami juga menziarahi makam Nabi Handzalah as di distrik Bur. Panjang makamnya sekitar belasan meter. Di samping makam Beliau juga ada makam yang sama panjangnya, tapi entah itu makam siapa kami belum tahu secara pasti. Perlu kita ketahui, dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa jumlah keseluruhan Nabi sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad adalah 124.000 nabi, hanya saja yang wajib kita ketahui ialah 25 Nabi. Dan di wilayah Hadramaut sendiri sedikitnya ada 4 nabi yang diketahui keberadaan makamnya. Yakni Nabi Hud as, Nabi Shaleh as, Nabi Hadun as dan Nabi Handzalah as.

Lanjut ke Kota Seiyun, ziarah ke makam Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi pengarang maulid Simtud Durar yang banyak dibaca oleh jam'iyah shalawat di Indonesia, termasuk jam'iyah Ahbabul Musthafa asuhan Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaff Solo. Di samping makam Imam Ali Al-Habsyi ini ada Ribat Al-ilm Al-Syarif, pesantren tertua di tanah Hadramaut yang diasuh oleh keluarga ulama marga Al-Habsyi.

Kemudian ke kota Hauthah, makam Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi, salah seorang murid terkemuka Imam Abdullah Alwi Al-Haddad penyusun Ratib Al-Haddad. Tidak jauh dari makam ini, kami juga berkunjung ke pesantren Al-Fath yang diasuh oleh keturunan Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi, yakni Sayyid Dr. Abdurrahman Thaha Al-Habsyi, seorang ulama besar kota Hautoh yang juga mengajar kami di kampus Universitas Al-Ahgaff Tarim.

Selanjutnya ke kota Shibam, ziarah maqbarah Imam Ba'abad dan Imam Ahmad Umar bin Smith yang berada di ujung kota. Di kota ini juga, kami menghabiskan senja dengan ditemani pemandangan indah pesona arsitektur gedung yang ajaib dan tentunya sangat menakjubkan. Di tulisan seri kedua nanti akan saya ulas lebih detail lagi tentang keunikan kota yang mengagumkan ini. Insya Allah.

Lalu ke Kota Masyhad. Kami sampai di kota ini saat malam tiba. Anggunnya sinar purnama malam tiga belas membias indah di antara lekuk gagah tebing-tebing Hadramaut, menemani malam kami yang sunyi. Dan di malam itu juga, kami menginap di sebuah masjid. Lalu paginya lanjut ziarah ke makam Imam Ali bin Hasan Al-Attas, penulis kitab Al-Qirtas syarah ratib Al-Attas. Kami juga sempat foto bersama di depan kubah maqbarah yang sebagian hancur karena diledakkan oleh orang wahabi tahun lalu.

Masuk ke Kota Douan, kota dengan wilayah yang cukup luas ini mempunyai banyak destinasi maqbarah. Pertama, ke distrik Gaidun, ziarah maqbarah Imam Said Al-Ammudi, seorang ulama besar keturunan Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq. Lalu ke maqbarah Imam Ali Baroos seorang ulama yang namanya selalu disebut bersamaan dengan Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas saat kita baca ratib Al-Attas. Dikatakan bahwa, bacaan fatihah yang kita baca tak kan sampai kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas kecuali jika dibarengkan dengan nama Imam Ali Baroos. Dan setelah itu, lanjut ke maqbarah Imam Abdullah Basaudan pengarang maulid Basaudan.

Masih di kota Douan, kami ziarah ke maqbarah Imam Said Ba'asyan, ulama pakar fiqih penulis kitab Busyra Al-Karim, syarah kitab Muqaddimah Hadramiyah, juga kitab syarah Al-Bahjah yang telah dibaca 80 kali di majelis Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshari. Dan terakhir, kami berziarah ke makam Nabiyullah Hadun as putra Nabi Hud as. Panjang makamnya sekitar 10 meter di bagian belakang sebuah masjid.

Setelah perjalanan selama dua hari, tibalah saatnya kami beranjak pulang ke kota Tarim. Sekalian ziarah ke destinasi terakhir, yakni kota Huraidhah yang memang satu jalur dengan kota Tarim. Rombongan bis kami sampai di kota ini saat masuk waktu isya. Kami shalat jamak ta'khir maghrib dengan isya' di masjid, lalu berziarah ke makam Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas, penyusun ratib Al-Attas yang biasa dibaca di majelis-majelis dzikir di Indonesia. Setelah berziarah, kami lanjutkan lagi perjalanan pulang ke kota Tarim.

Alhamdulillah, perjalanan rihlah kali ini cukup lancar dari awal sampai selesai. Dan rombongan kami tiba di asrama Al-Ahgaff Tarim sekitar pukul setengah 11 malam. Seketika itu kami langsung disambut dengan hidangan menu spesial yang dimasak sendiri oleh panitia AMI yang memang sudah standby di asrama. Masya Allah, antusias sekali khidmat teman-teman panitia kali ini, sangat-sangat memuaskan. Kami hanya bisa mendoakan, semoga teman-teman panitia, juga kita semua mendapatkan barokah dari para Nabi, Wali dan Ulama yang kita ziarahi, sehingga kita dijadikan oleh Allah orang-orang berilmu yang benar-benar mengamalkan keilmuannya, bukan mereka yang justru rela menggadaikan ilmu dan akidahnya hanya demi selembaran dollar belaka.

----------

Penulis: M Agus Azro Chalim, Santri Garuda 19 Flat Gohom, Semester 7 Fakultas Syariah dan Hukum Univ. Al-Ahgaff Tarim Yaman, dan Alumnus Darul Falah Amtsilati Jepara Jateng.

Posting Komentar

0 Komentar