Oleh
Al-Habib Abdullah Baharun
Berbicara tentang agama (apapun itu agamanya) tidak
terlepas dengan kata ‘iman’ pembenaran atas dasar dogma yang dipeluknya.
Terlepas bahwa ‘iman’ merupakan bentuk dari menerima ajaran-ajaran, penjelasan-penjelasan
dan pengetahuan yang berhubungan, kapasitas iman inilah yang akan membentuk
diri seorang hamba terhadap keotentikan sebuah agama.
Prof. DR. Al-Habib Abdullah Baharun mendefinisikan iman
(secara umum) sebagai ajaran yang dijadikansumber tendensi atau dalam bahasanya Al-Afkar Al-Marja’iyyah. Seseorangyang mengatakan bahwa dirinya
tak beragama ‘itu salah’, artinya agama adalahsebuah keyakinan secara absolut.
Seperti yang ditandaskan dalam firman AllahAzza Wajalla suratAl-Kafirun, kafir
atau non kafir beragama. Tapi, jika dikatakan semua agamabenar, itu ‘salah’.
Islamlah agama yang benar.
Propaganda dan Filsafat Balon
Eksistensi ‘iman’ juga eksistensi ‘agama’. Disana
memangada oknum-oknum yang merakit penodaan agama, seperti kaum
sekularisme,liberalisme (kafir modern), semua ini sudah diterangkan dalam
Al-Qur’an yangartinya : Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hinggakamu mengikuti agama
mereka (Al-Baqarah : 120).
Orang meyakini bahwa merokok akan menyebabkankanker,
serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan, yakin dan tahuakibatnya
namun tetap saja merokok, ini membuktikan keimananmnya lemah. Imanyang berarti At-Tasdiq (pembenaran) tak semestinya pada
porsinya(kenyataannya) tergolong iman yang lemah, maka iman seseorang dengan
yanglainnya berselisih antara kuat dan lemahnya, karena At-Tasdiq yanghakiki terkadang tak ditemukan.
Balon, besar bentuknya seakan heboh kita
dibuatnya.Balon ini, coba kalian tusuk pasti akan menyusut dan menyusut tak
adaapa-apanya. Besar bentuknya, kecil dalam hakikatnya. Begitulah
propagandaorang-orang non muslim, mereka membesar-besarkan perkara kecil dan
apatisterhadap perkara yang lebih penting.
Bagaimana cara membedol virus-virus yangkini mulai merebak
dari kaum sekuler, liberal, komuis dan para sekutunya?.Diibaratkan mereka
sebagai pesawat yang kini sudang mengudara kemana-mana,langkah yang paling
preventif adalah membedol bandaranya. Artinya kita memangkasnya dari akar-akarnya.
Orang yang mendewa-dewakan aturan negara
(bebasberpendapat) baginya adalah segala-galanya (menurutnya akan bahagia
dengan itu)berarti beragama dan bertuhan pada demokrasi.
Yang mendewa-dewakan lembaran dolar(misalnya), berarti
beragama pada kurs, menurutnya kurs-lah yang akan membuatbahagia kelak.
‘katanya sih islam tuhannya Allah’ tapi mendewa-dewakan selainAllah, berarti
belum At-Tasdiq yang hakiki.
Seperti kaum kafir dalam ke-trinitasan bertuhan, menafikan
ke-esaan, karena menurutnya tuhan ada 3,bapak, ibu, dan anak.
Westernisasi, Modernisasi
dan Filsafat Ayam
Tahukahapa tingkah orang barat?, Negara-negara super power di barat mengatakan
kalian(wahai islam) lemah, tak akan bisa menyaingi sebelum kalian bisa
menyamaiku(seperti : kuat dalam segi ekonomi, teknologi, dan persaingan
pertahanan).Inilah yang mencemari para kaum muslimin, bahwa doktrin barat
‘misi’westernisasi mulai beraksi. Kita lemah, seperti yang dituduhkan barat
terhadapislam itu salah, tolok ukur kuat lemah bukanlah seperti itu dalam islam.
Keberanian yang mulai terkikis pada diri kaum muslimin,terhadap non
muslim di ibaratkan seperti filsafat ayam, bagaimana bisa?. Ada orang bertemu
ayam,namun yang kabur bukan ayamnya tapi justru orangnya, mana yang
sebenarnyakuat?, orang atau ayam, jelas manusianya. Apa sebab orang tersebut
melarikandiri ketika melihat ayam, karena menganggap dirinya sebutir biji yang
akandimakan ayam. Aneh bukan?. Begitulah keberanian islam terhadap barat yang
kinimulai terkikis, menganggap bahwa barat akan memakan kita.
Fitnah wa Tahqir Adz-Dzat -Ta’dhim
At-Thaghut mendewakan dan
meremehkan sesuatu, ketidak puasan hambaterhadap penciptaan yang dianugerahkan
merupakan hal yang dibenci dalam islam.Orang yang tak puas dengan hidungnya,
akan menambalnya, wajah yang bulatdibuatnya lonjong dan berbagai macam
modusnya, tidak dianjurkan dalam islam,karena ini merupakan budaya barat dalam
‘misi-nya’ westernisasi danmodernisasai. Ketika dilontarkan pertanyaan, siapa
yang cantik yang masih mudaatau tua?, ketika dijawab yang muda (jawaban kurang
pas). Dalam fase mudamempunyai nilai cantik tersendiri, begitu fase yang sudah
tidak usia muda,terimalah apa yang dikehendak oleh Allah pada kita. Keberagaman
spisies antaraeropa, asia, afrika tentu berbeda, ada disanayang hitam dan putih
merupakan sebuah anugerah. Bersambung…..
(Penulis: M. Abdul Muhith, disarikan dari kuliah Prof,
DR. Al-Habib Abdullah Baharu –Rektor Universitas Al-Ahgaff, Selasa 22 April
2014 )
Prof. DR. Al-Habib Abdullah baharun dalam penyampaian mata kuliah
0 Komentar