SYIBAM
Oleh ; Ba Syueb
Syibam
merupakan sebuah kota yang terletak di bagian barat negara Yaman, berbatasan
dengan laut merah. Selain terkenal dengan bangunan khas klasiknya yang begitu
megah, kota yang disebut-sebut sebagai kota pencakar langit tertua di dunia ini
juga terkenal akan ulama-ulama serta keilmuannya hingga sekarang.
Pakar sejarah
menyatakan bahwa awal berdirinya kota Syibam antara abad ke-4 sebelum Masehi
dan ke-2 sesudahnya. Penamaan Syibam sendiri diambil dari nama putra salah
seorang penguasa dari dinasti Qahthan[1] yang
berjuluk Hadramaut. Nama ini kemudian dijadikan nama bagi kota yang terletak di
tengah lembah Hadramaut ini, seperti halnya penamaan kota Seyyun, Tarim dan
Taris yang juga diambil dari nama-nama saudara dari pangeran Syibam.
Sebagaimana
peribahasa mengatakan, "Banyaknya penyebutan akan suatu nama menandakan
kemuliaan sesuatu itu"; maka salah satunya adalah kota Syibam yang selain
dikenal dengan nama Syibam itu sendiri, kota ulama ini juga dikenal dengan nama
"Zarafah" yang merupakan nama salah satu hewan, dikarenakan
ketinggiannya. Orang barat menamakan kota ini dengan sebutan "Manhatan of
the Desert", Manhatan sendiri merupakan nama dari salah satu kota di
Amerika yang terkenal dengan ketinggian bangunan-bangunannya. Selain itu, ada
juga yang menamai kota ini dengan sebutan "al-Aliyah", "as-Shafra'",
"Ummul Jihat", "Baiham", "ad-Dhimah" dan
sebagainya.
Di negeri Yaman
sendiri setidaknya ada empat tempat yang bernamakan “Syibam”, yaitu:
1.
"Syibam
Kaukaban", yang bertempat di sebelah barat kota Sana'a yang mana jarak
antara keduanya kurang lebih perjalanan dua hari.[2]
2.
"Syibam
Sukhaim", yang terletak sebelah timur kota San'a dan jarak antara keduanya
kurang slebih tiga farsakh.[3]
3.
"Syibam
Haraz", yang letaknya di sebelah barat dari kota Sana'a dan jarak antara
keduanya perjalanan dua hari.
4.
"Syibam
Hadramaut", dan kota ini lah yang kita maksud dalam pembahasan ini.[4]
Kota Pencakar Langit Tertua Di Dunia.
Menurut sebagian
penulis sejarah dan hadits, Syibam merupakan kota bersejarah terbesar dan
tertua di Hadramaut. Bahkan sebagian pakar sejarah menilai bahwa Kota Syibam
adalah kota pencakar langit tertua di dunia mengingat kemegahan
bangunan-bangunan bercorak klasik yang berumur lebih dari 8 abad yang dimiliki
kota yang pernah dijadikan ibu kota provinsi Hadramaut ini.
Kota arab
terkenal yang dibangun menurut gaya tradisional ini setidaknya memiliki lebih
dari 500 bangunan rumah berpenghuni yang menjulang tinggi dengan lima hingga
delapan lantai pada hampir setiap bangunannya. Tak hanya menakjubkan karena
bangunan pencakar langitnya yang bermaterikan tanah liat, letak bangunan yang
tersusun rapi dan rapat antara satu sama lain menjadikan kota jerapah ini seolah
memamerkan keelokan serta kecantikan khas wajahnya pada setiap mata yang
menyaksikan.Wajah elok yang kita saksikan sekarang tentunya bukanlah sebuah kecantikan
yang otomatis ada sejak awal didirikannya kota Syibam, melainkan melalui
beberapa proses pembangunan yang bertempo relatif panjang.
Pada awal
berdirinya, Syibam hanyalah sebuah hamparan lembah yang meluas hingga sebuah
gunung yang bernama khobah. Bangunan megah yang kita lihat sekarang pun
berdiri secara bertahap, dengan diawali oleh bangunan perumahan yang hanya
terdiri dari dua hingga tiga lantai saja, yang kemudian melalui proses
penambahan dan peruntuhan bangunan. Selanjutnya, pada tahun 618 H, di bawah
pemerintahan Ibnu Mahdi dari dinasti Abbasiah diadakan pembangunan ulang
perumahan Kota Syibam dalam tampilan wajah yang kita lihat sekarang. Dan hingga
sekarang, bangunan-bangunan ini sendiri telah mengalami renovasi sebanyak 9
kali.
Eksistensi Keilmuan Kota Syibam.
Tak hanya corak
seni bangunan klasik pencakar langitnya yang menjadikan Kota Syibam istimewa di
mata dunia, eksistensinya dalam dunia ilmu pengetahuan juga menjadikan Kota
Jerapah ini megah dalam segala aspek. Jika menengok kembali sejarah tumbuh dan
berkembangnya keilmuan di Kota Syibam beberapa abad silam, kita dapat saksikan bagaimana
kota Syibam tak kalah elit ketika disandigkan dengan Tarim, Taris, Seyyun dan
beberapa kota yang berada di provinsi Hadramaut yang menjadi sumber dan tempat
pertukaran ilmu pengetahuan dan peradaban islam.
Cahaya ilmu
pengetahuan pun tampak semakin terang menyinari Kota Manhatannya Yaman ini dari
masa ke masa. Hal itu tampak dari dibangunnya banyak madrasah serta diadakannya
halaqoh-halaqoh ilmiah yang mengkaji beragam cabang keilmuan sebagai sarana
pendidikan. Sejarah mencatat bahwa madrasah tertua yang pernah didirikan di
kota Syibam adalah madrasah dan masjid yang bertempat di perkampungan sebelah
barat Kota Syibam, yang lahannya didermakan oleh salah seorang penguasa Syibam pada
permulaan abad 13 H. Perkampungan ini kemudian menjadi pusat ilmu pengetahuan
serta kebudayaan Hadramaut yang pada saat itu dipimpin oleh al-Habib Ahmad bin
Umar bin Smith (w 1257 H). Proses belajar-mengajar di madrasah ini terus
berlanjut hingga separuh abad 14 H yang setelah itu dihentikan untuk direnovasi
kembali.
Di sebelah timur
kota Syibam, terdapat sebuah madrasah yang didirikan oleh para sesepuh keluarga
al-Attau. Madrasah ini sendiri memiliki sistem perkantoran yang mana Qhodi as-Syekh
Mahfudz al-Mushalli adalah pemimpin pertama perkantoran ini. Wafatnya Syekh Abu
Bakar al-Attawwi yang merupakan pemuka keluarga al-Attawi menyebabkan bekunya
bantuan finansial madrasah yang berdampak pada terhentinya pembelajaran di
madrasah tersebut, hingga beberapa waktu kemudian diteruskan kembali oleh Ahmad
Jubran bin Awad Jubran yang berinisiatif menarik sebagian pengajar dari Tarim,
diantaranya: Syekh Abdul Qowi ad-Dawileh Bafadol. Madrasah ini pun kemudian
kembali terhenti oleh gerakan komunis yang mengambil tanahnya secara lalim yang
kemudian dijadikan perumahan bagi para penduduk.
Di masa
pemerintahan Saleh al-Quaiti, pada tahun 1372 H dibuka sebuah madrasah umum
yang diketuai oleh Sayyid Abdullah bin Mustafa bin Smith. Madrasah tersebut
kemudian bergabung dengan beberapa madrasah umum lainnya, yang kemudian hari diganti
namanya menjadi Madrasah Pejuang Ghossan yang saat ini dinamakan Madrasah
al-Rasyid.
Pembangunan dan
renovasi madrasah dan bangunan-bangunan pendidikan pun terus ditingkatkan
seiring terus berjalannya waktu. Halaqoh-halaqoh ilmiah yang diadakan pun
semakin ramai diminati baik oleh warga sekitar maupun pendatang, sebagaimana
halaqoh ilmiah yang diadakan di Masjid Jami’ Syibam dan Masjid Madrasah yang
saat ini di tutup karena dikhawatirkan roboh. Hal ini pun terus berjalan
beriringan dengan pasang surutnya minat dan kreativitas masyarakat yang menjadi
faktor utama maju mundurnya nilai-nilai keilmuan kota tersebut.
Cendikiawan Kota Syibam.
Wajah bangunan
perumahan yang ada di kota Syibam seolah telah mencerminkan bahwa sejak
beabad-abad silam Syibam merupakan kota yang kaya akan cendikiawan-cendikiawan
yang mumpuni dalam bermacam bidang.
Tercatat bahwa
ada sekian banyak ulama yang pernah mengisi kota Syibam, baik mereka yang
merupakan penduduk asli kota ini maupun pendatang. Di antara ulama-ulama fiqh
kota Syibam sebagai berikut:
1.
Syekh Muhammad
bin Abu Bakar Abbad (w 801). Beliau termasuk dari salah satu guru Syekh Sayyid
Abdurrahman as-Seqqaf. Beliau selalu pulang pergi dari kota Tarim ke Syibam
demi belajar dari sang gurunya tersebut. Diceritakan oleh Muhammad bin Abi
Salamah Bakatsir: "Suatu kali aku pergi bersama sebagian dari keluarga
Bawazir ke kota Syibam, ketika kami bersama seorang yang arif lagi terkenal Syekh
Muhammad bin Abu Bakar Abbad, yang pada saat itu di penghujung umurnya, lalu
datanglah Syekh Abdurrahman as-Seqqaf, lalu Syekh Muhammad Abbad memberikan
penghormatan Sayyid Abdurrahman as-Seqqaf. Dan mulailah keduanya berdiskusi
dari waktu Dhuha hingga hari mulai kekuning-kuningan. Keduanya tidak beranjak
dari tempat duduknya kecuali oleh sesuatu yang sangat mendesak, sang Syekh
tersebut adalah guru dari Sayyid as-Seqqaf namun beliau menghormatinya.[5]
2.
Syekh Ma'ruf Bajammal, wafat di kota Buddhoh yang pada
saat itu dipimpin oleh Syekh al-Jalil Utsman bin Ahmad al-Amudhi pada tahun 969
H. Beliau adalah guru Syekh Abu Bakar bin Salim yang dikatakan oleh sebagian
ahli ma’rifat bahwa kewalian Syekh Ma'ruf Bajammal turun saat wafatnya kepada
Syekh Abu Bakar bin Salim. Diantara murid beliau yang lain, Sayyid Ahmad bin
Husain bin Abdullah al-Aidrus (w 968 H), beliau termasuk pembesar para Auliya'.
Dijelaskan oleh Sayyid Ahmad bahwa salah satu medan dakwah beliau di kota
Syibam adalah Masjid "Khouqoh".
3.
Syekh Ahmad bin
Abdullah Basyarahil. Beliau salah satu dari guru Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi
yang berkediaman di Hautha. Dikatakan pula bahwa Syekh Ahmad ini dari pada
orang yang mengambil riwayat dari Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas yang
mempunyai kumpulan-kumpulan dzikir yang dinamai "Ratib al-Attas" yang
mana beliau langsung mengambil dari Habib Abdullah al-Haddad yang beliau pun
mempunyai sama akan kumpulan-kumpulan dzikir yang dinamai "Ratib al-Haddad."
Beliau pun punya sanad lain yang langsung kepada Habib Abdullah bin Ahmad
Balfaqih.
***
[1] )
Qahthan adalah dinasti pertama setelah kaum ‘Ad. Semua bangsa arab Qahthan
berasal dari keturunan dinasti ini. Dinasti ini berasal dari nama seseorang
keturunan Nabi Nuh AS yang bernama lengkap Qahthan bin 'Abir
bin Syalekh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh AS.
bin Syalekh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh AS.
[2]) Adapun Handzalah bin Abdullah as-Syibami yang meninggal bersama
Sayyidina Husain R.A yang di tetap kan oleh al-Ustadz Muhammad Abu Bakar
Badzaib bahwa ia berasal dari Syibam Kaukaban.
[4])
mu'jamul buldan karya Abu Abdullah Yaqut bin Abdullah ar-Rumani (w 626 H) juz3/Hal : 318.
0 Komentar